Secara umum pengamatan satwa liar bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pengamatan satwa liar dilakukan berdasarkan perjumpaan visual dengan satwa tersebut, atau dengan kata lain pengamat bertemu dan melihat langsung satwa tersebut. Secara tidak langsung pengamatan satwa liar dilakukan berdasarkan temuan tanda-tanda kehadiran satwa seperti bekas cakaran, kotoran, jejak kaki, atau sarang. Metode pengamatan secara tidak langsung biasanya digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan jenis-jenis satwa yang pemalu dan cenderung menghindari manusia seperti jenis-jenis kucing, mamalia berukuran sedang, dan sebagainya. Pengamatan semacam ini sayangnya memiliki kecenderungan bias yang tinggi karena identifikasi jenis satwa berdasarkan tanda-tanda kehadiran sering kali susah dilakukan. Jenis kucing misalnya bisa diketahui keberadaannya dari kotoran yang masih banyak mengandung bulu dan tulang mangsanya, tetapi untuk mengetahui spesies dari kucing tersebut sangatlah susah hanya berdasarkan kotoran saja. Salah satu metode pengamatan secara tidak langsung yang cukup mudah digunakan dan relatif akurat dalam identifikasi jenis satwa adalah menggunakan camera trap karena alat ini merekam foto atau video dari satwa liar yang menjadi target pengamatan.
Pada dasarnya camera trap adalah sebuah camera yang secara otomatis akan mengambil gambar dari obyek yang bergerak di depannya. Dahulu camera trap dibuat dengan memodifikasi kamera biasa sehingga kamera tersebut akan mengambil gambar ketika ada obyek yang mengaktifkan pemicunya. Saat ini camera trap yang lebih modern sudah banyak dibuat dengan berbagai macam merk dan spesifikasi. Selain foto, camera trap kini juga bisa merekam video sehingga perilaku satwa yang melintas di depannya juga bisa teramati. Camera trap yang sekarang banyak beredar sudah dilengkapi dengan sensor panas dan gerak serta flash infra merah dalam satu unit sehingga lebih praktis. Sensornya memiliki kemampuan untuk mendeteksi panas dan gerak pada jangkauan tertentu sehingga apabila ada satwa liar, yang biasanya memiliki suhu tubuh lebih tinggi dari lingkungan, melintas pada jangkauan sensor ini maka kamera akan mengambil gambar secara otomatis. Pada kebanyakan camera trap, sensitivitas sensor dalam mendeteksi panas atau gerakan bisa diatur menyesuaikan dengan kondisi lingkungan tempat kamera tersebut dipasang. Karena camera trap sekarang sudah dilengkapi dengan flash infra merah, pengambilan gambar pada malam hari juga bisa dilakukan sehingga pengambilan gambar untuk jenis-jenis satwa yang nokturnal tidak menjadi masalah.
Karena camera trap secara otomatis mengambil gambar obyek yang bergerak di depannya, pemilihan lokasi pemasangan akan menentukan kualitas hasil yang didapatkan. Camera trap hendaknya dipasang pada lokasi di mana peluang satwa target melintas daerah tersebut tinggi, misalnya jalur lintasan satwa, tempat minum, atau tempat berkubang. Lokasi-lokasi semacam ini bisa dikenali dari adanya jejak kaki, kotoran, bekas cakaran, atau tanda-tanda kehadiran satwa lain yang dijumpai. Setelah lokasi pemasangan ditentukan, area yang masuk dalam jangkauan kamera dibersihkan dari benda-benda yang sekiranya akan mengganggu pandangan kamera misalnya ranting atau dedaunan sehingga gambar satwa yang akan didapatkan tidak terhalang oleh obyek lain yang tidak diinginkan. Pemasangan camera trap sebisa mungkin juga diupayakan tidak terlihat mencolok, sehingga satwa yang biasanya melewati daerah tersebut tidak merasa terganggu dengan keberadaan kamera tersebut. Sebelum ditinggalkan di lokasi, camera trap perlu dicoba terlebih dahulu untuk memastikan kamera tersebut bisa berfungsi dengan baik dan area yang terekam dalam gambar sesuai yang diharapkan. Meskipun camera trap bisa bertahan dalam posisi standby selama beberapa bulan, secara rutin kamera yang sudah terpasang perlu diperiksa untuk memastikan kondisinya tetap baik dan memori penyimpanan datanya masih cukup.
Selain beberapa keuntungan yang disebutkan di atas, ada beberapa kelemahan dalam penggunaan camera trap. Camera trap hanya bisa mengambil gambar sebatas pada area yang bisa dijangkau oleh lensa kamera sehingga satwa bisa tidak terdeteksi meskipun sebenarnya melintas di dekat kamera. Untuk bisa melingkupi area yang luas, dibutuhkan jumlah unit yang tidak sedikit, sehingga dibutuhkan biaya yang besar, mengingat harga camera trap termasuk untuk baterai dan kartu memorinya cukup mahal. Di samping itu pada area dengan aktivitas manusia yang tinggi, resiko kamera hilang juga cukup besar.
Meskipun demikian, saat ini penggunaan camera trap merupakan salah satu metode yang paling akurat untuk memonitor jenis-jenis satwa yang pemalu dan susah dijumpai secara langsung. Karena penggunaan yang relatif mudah dan hasilnya cukup akurat, camera trap menjadi alat yang bisa dihandalkan untuk melakukan monitoring satwa liar, khususnya di Kawasan Konservasi yang merupakan benteng pertahanan bagi berbagai macam jenis satwa langka dan dilindungi. (Agus Jati Sudibyo)