Pengembangan Atraksi Wisata di Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda

Tahura Ir H. Djuanda merupakan salah satu kawasan konservasi yang memiliki banyak keanekaragaman hayati, kekhasan bentang alam dan objek wisata sejarah yang berpotensi bagi bengembangan ekowisata. Pemerintah provinsi Jawa Barat dan masyarakat sekitar telah lama memanfaatkan potensi sumber daya alam dan melakukan pengembangan usaha wisata di Tahura Ir. H. Djuanda. Hal tersebut berdampak terhadap kondisi Tahura Ir. H. Djuanda yang setiap tahunnya cenderung mengalami tekanan yang meningkat akibat dari pola tutupan/penggunaan lahan dan dinamika sosial di sekitar kawasan. Pertambahan jumlah penduduk, tingginya tingkat pengangguran dan permasalahan sosial lainnya, telah mendorong masyarakat sekitar semakin bergantung pada sumberdaya alam yang ada di kawasan Tahura Ir. H. Djuanda untuk menambah pendapatannya.

Pemanfaatan potensi wisata alam menjadi salah satu sektor yang mendapat perhatian khusus oleh masyarakat dan pemerintah daerah sebagai sumber pendapatan. Proses pemanfaatan wisata alam yang dilakukan oleh masyarakat dan pengelola tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap aktivitas konservasi yang dilakukan di kawasan Tahura Ir. H. Djuanda.

Pengembangan wisata dan pengelolaan ekosistem yang dilakukan oleh pengelola kawasan menunjukkan bahwa pariwisata di kawasan Tahura Ir. H. Djuanda secara umum dapat dikatakan mengalami perkembangan dan peningkatan fungsi sebagai kawasan wisata dan rekreasi. Pengembangan yang dilakukan cukup merata di hampir seluruh objek daya tarik wisata, meskipun beberapa pengembangan yang dilakukan masih dominan dan fokus pada lokasi tertentu. Berdasarkan analisis kelas pengembangan wisata, komplek monumen Ir. H. Djuanda, Curug Omas Maribaya, dan Tebing Keraton termasuk sebagai kelas pengembangan tinggi. Curug Dago dan Prasasti kerajaan Thailand, Outbound, Goa Jepang, Goa Belanda, dan Penangkaran Rusa termasuk kelas pengembangan sedang. Curug Kidang, Batu Batik dan Curug Lalay termasuk kelas pengembangan rendah.

Pengembangan wisata yang terjadi di Tahura Ir. H. Djuanda merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan perubahan terhadap penataan dan pembagian blok di kawasan yang berdampak pada perubahan tutupan/penggunaan lahan di kawasan Tahura Ir. H. Djuanda. Selain itu, berdasarkan hasil buffer yang dilakukan di tiap ODTW diketahui bahwa, ODTW yang masuk kedalam kelas pengembangan tinggi berpeluang besar mempengaruhi degradasi dan penurunan luasan tutupan/penggunaan lahan hutan sebesar 9,38% dalam kurun waktu antara 2007-2017. Penurunan luasan hutan tersebut, lebih rendah jika dibandingkan dengan kelas pengembangan ODTW sedang yang hanya 5,27% dan kelas pengembangan rendah yang justru mengalami peningkatan luasan sebesar 112 %. Selanjutnya, semua kelas pengembangan ODTW antara tahun 2007-2017 mengalami penurunan jumlah luasan area pertanian sedangkan untuk lahan terbangun, hanya kelas pengembangan sedang dan tinggi yang mengalami peningkatan luasan yaitu, masing-masing sebesar 5,98% dan 0,33%.

 

Penulis      : Rizky Purnama

Editor        : Denni Susanto

Leave a Reply

Your email address will not be published.