Bekantan merupakan salah satu satwa endemik Pulau Borneo. Persebarannya terbatas di tiga negara yakni Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Populasinya saat ini mengalami penurunan secara signifikan karena karakteristiknya yang sangat sensitive terhadap kerusakan habitat dan aktivitas manusia.
Populasi bekantan pada tahun 2008 diperkirakan hanya sekitar 25.000 dan hanya 5000 individu yang masuk kawasan konservasi. Namun demikian, kerusakan habitat yang terus berlanjut hampir tidak dapat dicegah di luar kawasan konservasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan populasi bekantan, khususnya di luar kawasan lindung dengan mengeluarkan peraturan menteri No. P.56/Menhut-II/2013 tentang strategi dan rencana aksi konservasi bekantan (2013-2022). Untuk mendukung tujuan tersebut, data sebaran bekantan untuk perencanaan konservasi menjadi sangat diperlukan. Di Kalimantan Barat sendiri, penelitian mengenai bekantan di luar kawasan konservasi masih sangat terbatas.
Distribusi bekantan dapat diprediksi dengan menggunakan permodelan. Salah satunya menggunakan metode Spesies Distribution Modelling (SDM). Hasil permodelan menunjukkan bahwa habitat bekantan di Kalimantan Barat hanya sekitar 6% (± 8973,95km²) dari luas wilayah Kalimantan Barat. Distribusinya merata dan didominasi pada daerah tepian pulau atau mendekati daerah pantai. Variabel yang paling berpengaruh terhadap distribusi bekantan yakni variabel ketinggian, curah hujan tahunan dan jarak dari tambak.
Hasil overlay peta habitat bekantan dan peta penggunaan lahan, terlihat bahwa hanya sekitar 17% (±1499,3 km²) habitat bekantan yang masuk kawasan konservasi, ±3% berada pada areal IUPHHK-Hutan Alam dan IUPHHK-Restorasi Ekosistem. Sedangkan hampir 70% habitat bekantan berada di IUPHHK-HTI, IUP perkebunan kelapa sawit dan IUP pertambangan. Habitat bekantan diluar kawasan konservasi menjadi perhatian penting, mengingat kondisinya yang rentan terhadap perubahan lahan dan land clearing. Hal tersebut dapat membatasi home range bekantan, khususnya ketika terjadi fragmentasi habitat. Perencanaan strategi konservasi bekantan berbasis landskap mungkin menjadi salah satu usaha yang tepat mengingat distribusinya yang lebih banyak di luar kawasan konservasi dan tumpang tindih dengan areal konsesi. Oleh karena itu, diharapkan setiap stake holder di ajak berkomitmen bersama untuk menjaga dan meningkatkan populasi bekantan di alam.
Penulis : Wardatutthoyyibah
Editor : Denni Susanto