Salah satu kawasan hutan tropis dataran rendah yang masih tersisa di Provinsi Jawa Tengah adalah Hutan Kemuning di Desa Kemuning, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Hutan Kemuning merupakan hutan seluas kurang lebih 800 ha yang masih banyak dijumpai berbagai jenis flora dan fauna, termasuk jenis-jenis yang terancam punah seperti Kukang Jawa. Hutan Kemuning dikategorikan sebagai kelas hutan alam kayu lain. Jadi hutan Kemuning merupakan salah satu bentuk hutan alam. Berdasarkan klasifikasi van Steenis seperti yang ada dalam Whitmore (1975) hutan Kemuning dikategorikan sebagai hutan tropis dataran rendah karena berada pada ketinggian dibawah 1200 meter di atas permukaan laut. Kawasan hutan ini dikelola oleh PERUM Perhutani bersama masyarakat dengan pola Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Pola ini memperbolehkan masyarakat sekitar kawasan hutan untuk melakukan penanaman kopi di dalamnya. Perum Perhutani sebagai pemegang hak kawasan hutan memberikan peranan yang signifikan melalui pemberdayaan masyarakat desa hutan melalui keterbukaan akses terhadap kepastian lahan usaha, kebebasan menentukan komoditas pertanian yang diusahakan, dan pemasaran hasil (Krisna, 2009).
Implikasi dari program PHBM tersebut membuat Hutan Kemuning mengalami gangguan dalam regenerasinya. Dengan penanaman kopi di lantai hutan, regenerasi hutan tersebut untuk mempertahankan kondisi kealamiannya akan terganggu, sedangkan keanekaragaman hayati di dalamnya termasuk satwa liar tergolong tinggi. Selain itu, permasalahan lain di kawasan tersebut yaitu masih terdapatnya kegiatan perburuan satwa liar. Beberapa satwa yang diburu yaitu kalong, beberapa jenis burung, babi hutan, kijang, dan luwak. Di lain sisi, perekonomian masyarakat Desa Kemuning sangat bergantung terhadap kegiatan pengelolaan kopi tersebut.
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada melakukan beberapa kajian terhadap kawasan tersebut. Penelitian terakhir yang dilakukan yaitu untuk penggalian potensi alam dari Hutan Kemuning ini. Hasil penelitian menunjukkan di Hutan Kemuning terdapat 42 jenis pohon, kerapatan pohonnya yaitu 79 individu/ha. Inventarisasi dilakukan juga pada jenis-jenis tumbuhan bawah, terdapat sedikitnya 172 jenis tumbuhan bawah yang terdapat di Hutan Kemuning dengan penutupannya sebesar 48,6%. Dari segi kondisi tanahnya, erosi yang terjadi di Hutan Kemuning yaitu sebesar 36,75 ton/ha/tahun, angka tersebut masih tergolong ringan. Kapasitas infiltrasi tanah rata-rata di kawasan Hutan Kemuning ini yaitu sebesar 0,35 cm/menit. Selain itu kondisi iklim di Hutan Kemuning yaitu memiliki curah hujan sebesar 2.930 mm/tahun.
Hal lain yang menarik dari hasil penelitian terhadap potensi Hutan Kemuning ini yaitu pandangan masyarakat sekitar terhadap potensi wisata di Hutan Kemuning ini. Sebesar 54% dari responden berpendapat bahwa faktor pemandangan alam merupakan objek yang paling menarik yang berpotensi untuk dijadikan objek wisata. Hal ini diiringi dengan keinginan masyarakat yang tinggi untuk diadakannya kegiatan wisata alam di kawasan Hutan Kemuning. Jika dijabarkan potensi wisata di Hutan Kemuning yaitu sebagai berikut:
- Keunikan ekosistemnya yang sulit dijumpai tandingannya, khususnya untuk lingkup wilayah Kabupaten Temanggung.
- Keanekaragaman jenis baik flora maupun fauna.
- Panorama atau ciri geofisik yang memiliki nilai estetik, yakni adanya air terjun yang dikenal dengan sebutan Curug Awang-Awang,
- Adanya fungsi hidro-orologi kawasan untuk pengaturan air, erosi dan kesuburan tanah, yang terlihat dari keanekaragaman komposisi jenis tumbuhan beserta strukturnya, sehingga memunculkan penutupan lahan yang efektif.
- Adanya unsur daya tarik objek yang meliputi keindahan alam, keunikan sumber daya alam, keutuhan sumber daya alam, kepekaan sumber daya alam, serta kebersihan udara dan lokasi dari pengaruh luar.