45% PAKAN TERNAK MASYARAKAT SEKITAR DITOPANG SUAKA MARGASATWA PALIYAN, ANCAMAN ATAU TANTANGAN KELOLA KAWASAN?

45% PAKAN TERNAK MASYARAKAT SEKITAR DITOPANG SUAKA MARGASATWA PALIYAN, ANCAMAN ATAU TANTANGAN KELOLA KAWASAN?

Meskipun berstatus sebagai kawasan konservasi yang karakternya meminimalkan akses masyarakat, Suaka Margasatwa Paliyan terbukti menopang 45% kebutuhan pakan ternak masyarakat sekitar (Penelitian Deti Kurnia Fakultas Kehutanan UGM, 2017). Suaka Margasatwa Paliyan adalah sebuah kawasan konservasi yang berada di tengah permukiman masyarakat di Kabupaten Gunungkidul. Kultur masyarakat Gunungkidul yang sulit dipisahkan dari lahan merupakan tantangan tersendiri bagi Suaka Margasatwa yang ditunjuk di areal bekas Hutan Produksi ini. Perubahan fungsi membawa konsekuensi pada perubahan tujuan kelola dan karakter hutan yang mesti dibangun di kawasan konservasi tersebut. Konsekuensi pasca perubahan fungsi dari hutan produksi menjadi kawasan konservasi menegasikan aktifitas masyarakat di dalam kawasan konservasi dalam bentuk kelola lahan budidaya dan membatasi berbagai pemanfaatan sumberdaya hutan lainnya. Bukan hal yang mundah untuk Suaka Margasatwa Paliyan.

Petani dan buruh adalah mata pencaharian utama masyarakat sekitar Suaka Margasatwa Paliyan. Terdapat 4 desa yang berbatasan langsung mengepung kawasan konservasi ini. Keempat desa itu adalah Desa Karangasem, Desa Karangduwet, Desa Jetis, dan desa Kepek. Menjadi peternak adalah pasangan wajib para petani di Kabupaten Gunungkidul dimana kawasan konservasi ini berada. Sekitar 90% masyarakat sekitar Suaka Margasatwa Paliyan memelihara ternak. Karenanya, kebutuhan pakan ternak yang tinggi adalah keniscayaan. Penelitian Deti Kurnia (2017) menyebutkan bahwa 37% dari para peternak tersebut memanfaatkan kawasan Suaka Margasatwa Paliyan sebagai sumber pakannya.

Aktifitas pemanfaatan pakan ternak dari dalam kawasan Suaka Margasatwa Paliyan (gambar 1) adalah aktifitas rutin yang dilakukan 5 – 7 hari dalam seminggu. Setiap minggu diperkirakan sebanyak 24.880 kg atau 24,88 ton pakan ternak diambil masyarakat dari kawasan SM Paliyan. Selebihnya, masyarakat mengandalkan pakan ternak dari lahan sendiri atau membeli dari luar daerah terutama di musim kemarau.

Gambar 1 Gambar 2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Aktifitas pemanfaatan pakan ternak dari Suaka Margasatwa Paliyan

Terdapat 75 titik jalur akses masuk menuju kawasan Suaka Margasatwa Paliyan mengingat kawasan konservasi ini memang memiliki kondisi yang sangat terbuka (gambar 2). Pengambil pakan ternak terbanyak di dalam kawasan SM Paliyan adalah masyarakat dari desa Karangduwet (40%) dan disusul berikutnya masyarakat Desa Karangasem (36%).

Peta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2. Titik-titik akses masuk masyarakat ke dalam kawasan Suaka Margasatwa Paliyan

Terdapat 20 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak dimana, sembilan diantaranya merupakan jenis yang digunakan dalam pemulihan ekosistem. Upaya pemulihan Suaka Margasatwa (SM) Paliyan menjadi salah satu konsekuensi dari perubahan status kawasan yang semula berupa hutan produksi yang mengalami penjarahan di masa reformasi. Tingginya ketergantungan masyarakat akan pakan ternak dari dalam kawasan SM paliyan serta masuknya jenis-jenis tumbuhan pemulihan ekosistem sebagai sumber pakan ternak masyarakat menjadi tantangan bagi pegelolaan kawasan konservasi ini. Bentuk kegiatan pengambilan pakan yang demikian akan mengintervensi habitat satwa dan memperlambat proses suksesi kawasan SM Paliyan yang sedang berlangsung.  Namun demikian, beternak adalah bagian dari matapencaharian masyarakat sebagai petani kebutuhan pakan adalah konsekuensinya. Disisi lain, aktifitas masyarakat di dalam kawasan suaka margasatwa adalah kondisi yang secara regulai harus diminimalkan, Perlu ditemukan formula atau terobosan untuk menjawab tantangan kelola kawasan konservasi tersebut.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.