Aktivitas Masyarakat di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat

Kawasan konservasi memiliki peran penting dalam perlindungan keanekaragaman hayati. Pengukuhan kawasan konservasi merupakan upaya melestarikan sumber daya alam hayati melalui kegiatan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragam jenis dan satwa beserta ekosistemnya. Kawasan konservasi di Indonesia meliputi Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Taman Buru. Kawasan suaka alam meliputi Cagar Alam dan Suaka Margasatwa yang berperan penting dalam upaya konservasi sumber daya alam hayati dan penyedia jasa ekosistem. Kawasan pelestarian alam meliputi Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya, dan Taman Nasional.

Kawasan Cagar Alam Pangandaran merupakan salah satu kawasan suaka alam yang mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi agar perkembangannya berlangsung secara alami. Namun, karena letak cagar alam berdekatan dengan taman wisata alam maka dengan mudah masyarakat dapat masuk untuk melakukan aktivitas di dalam kawasan cagar alam sehingga dapat menimbulkan gangguan kelestarian sumberdaya alam yang ada di cagar alam.

Aktivitas yang dilakukan di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Pangandaran, yang dibagi menjadi aktivitas wisata dan aktivitas non wisata. Aktivitas wisata yang dominan di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Pangandaran adalah menikmati pemandangan, sedangkan aktivitas non wisata yang dominan di cagar alam adalah menyewakan alat sekaligus memandu snorkling, sedangkan aktivitas non wisata yang dominan di taman wisata alam adalah membereskan hasil tangkapan dari laut sekaligus menyandarkan perahu. Faktor yang mempengaruhi aktivitas di Cagar Alam Pangandaran adalah jarak, ruang aktivitas, dan waktu aktivitas, sedangkan di Taman Wisata Alam Pangandaran, faktor yang paling berpengaruh adalah jenis kelamin, pendidikan, jarak, intensitas berkunjung, atribut ruang, dan ruang aktivitas. Pola distribusi aktivitas di cagar alam adalah mengelompok, sedangkan pola distibusi aktivitas di taman wisata alam adalah radial linier. Dengan hasil penelitian tersebut diharapkan dapat menjadi acuan dalam perencanaan kebijakan terkait pengelolaan dan pengawasan terhadap aktivitas yang masuk di kawasan cagar alam.

 

Penulis       : Madina Dwi Panuntun

Editor         : Denni Susanto

Leave a Reply

Your email address will not be published.