JATIMULYO : Surga Burung di Perbukitan Menoreh

Menoreh merupakan perbukitan di Kabupaten Kulonprogo, Purworejo, dan Magelang. Jatimulyo merupakan salah satu Kalurahan/ “Desa Ramah Burung”yang terdapat di Kabupaten Kulonprogo dan letaknya berada di ketinggian 400 mdpl termasuk gugusan karst Jonggrangan. Desa ini terkenal dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi dan mampu menyumbangkan 20 % jenis burung di Provinsi D.I Yogyakarta. Bak mutiara hijau di atas perbukitan, keindahan alam Jatimulyo mengundang banyak wisatawan dan pengamat keanekaragaman hayati datang untuk menginventarisasi dan menikmati wisata alam yang tersedia.

Tahukah kamu kenapa Jatimulyo? ya, Jatimulyo kaya akan sumber daya alam yang mampu menginspirasi masyarakat pada umumnya. Kisahnya sangat unik dan menjadi salah satu bukti bahwa keburukan dapat berubah menjadi kebaikan. Kesadaran masyarakat mampu membuktikan bahwa manusia mampu berubah, dari perusak menjadi pelestari, dari lawan menjadi kawan.

Pagi hari, beberapa purnama yang lalu ada pengepul kelas kakap bernama “Kelik”. Ya, lihainya dalam pengepulan semua burung yang ada di Jatimulyo, terkenal dengan pengambilan burung menggunakan senapan angin. Masa lalu yang kelam, menjadikan masyarakat Jatimulyo lambat laun sadar bahwa “manuk nang ndesoku wes do entek” artinya : burung yang ada di desaku sudah habis. Lalu berfikir, berfikir dan berfikir : bagaimana mengembalikan jenis-jenis burung tersebut yang pernah kutemui di Jatimulyo. Dengan keresahan dan keresahan yang lama, sehingga masyarakat sadar untuk melestarikan burung. Masa lalu yang tidak baik mampu mengubah masa depan menjadi lebih baik. Perlahan namun pasti, penghijauan dilakukan besar-besaran dengan menanam jenis tumbuhan endemic di Jatimulyo. Hutan produksi yang ada di Jatimulyo semakin lama semakin menghijau. Bumi Jatimulyo semakin hijau menorehkan Menoreh semakin rapat akan hijauanya vegetasi bmi Jatimulyo.

Dengan kegigihan masyarakat Jatimulyo, mulai dari mendata sumber mata air, jenis burung, menanam pepohonan, menata sumber mata air memunculkan gagasan dan ide untuk menyelamatkan sumber daya alam yang ada dan tersisa. Masyarakat rindu akan Jatimulyo yang hijau dan asri. Berangkat dari sini maka lahirlah Peraturan Desa No. 8 tahun 2014 tentang Pelestarian Lingkungan. Dalam Perdes tersebut tercantumkan bahwa semua jenis satwa yang ada di Jatimulyo dilindungi. Perdes tersebut menjadi Perdes pertama yang ada di Kabupaten Kulonprogo sebagai pelindungan flora dan fauna di Jatimulyo. Semakin dikenal kesemua penjuru, kini Jatimulyo merambah ke kancah Internasional. Lokasinya yang berada di Menoreh yang merupakan calon cagar biosfer 3M beserta Merapi dan Merbabu. Usulan sudah dibahas di tingkat CIFOR UNESCO. Sebagai contoh desa yang ramah terhadap burung, terhadap lingkungan, agama dan budaya. Maka Jatimulyo mudah dikenal oleh banyak orang. Wisata alam yang memukau dan menarik menjadikan sumber-sumber mata air dilindungi.

Betapa indah bak permadani hijau Menoreh, Jatimulyo muncul dengan icon dan jargon : GEMAH RIPAH LOH JINAWI GUGUSAN PERBUKITAN MENOREH DENGAN 102 Jenis Burung di dalamnya. “ Desa Ramah Burung” lagi-lagi menjadikan  beberapa pionir muncul sebagai penyelamat lingkungan. Pak Is, Mas Kelik, Pak Labuh, Pak Anom merupakan beberapa masyarakat pribumi Jatimulyo yang menjadi gagasan kelestarian alam. Beberapa penghargaan ditingkat Nasionalpun telah tercapai didapatkan.

Adopsi burung menjadi trobosan baru yang dicetuskan oleh Kelompok Tani Wanapaksi JATIMULYO. Cara yang digunakan oleh KT ini dengan melestarikan alam dengan membeli sarang burung dengan harga tertentu (tergantung jenisnya) lalu menunggu telur-telur dalam sarang tersebut yang telah menetas menjadi anak burung untuk kembali ke lingkungannya. Dengan diberi tanda si pembeli dan jenis burung, diharapkan masyarakat diluar Jatimulyo ikut sadar akan pentingnya keberadaan burung di Jatimulyo. Beberapa burung yang telah diadopsi diantaranya adalah sulingan (Cyornis banyumas), kehicap ranting (Prinia polychroa), pelatuk besi (Dinovium javanese) dan masih banyak lagi.

“BIODIVERSITY OF JATIMULYO VILLAGE”

Muncullah :

“HOT SPOT OF BIODIVERSITY”

Jatimulyo memantaskan diri menjadi banteng kelestarian alam MENOREH

 

Penulis        : Ulul Azmi Siti Berta Ningrum (Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta)

Editor          : Denni Susanto

Leave a Reply

Your email address will not be published.